Gadis kelahiran Semarang ini mungkin sekilas terlihat sama saja dengan
gadis seusianya. Dengan tubuhnya yang imut dan rambut panjang serta
wajahnya yang cantik akan membuatnya mudah menjadi pusat perhatian. Bagi
orang yang tidak mengenalnya, kita tidak akan mengira jika gadis ini
adalah penari cilik dengan bakat yang sangat istimewa.
Di usianya yang baru menginjak 5 tahun
ini, prestasi yang diraihnya sudah begitu banyak. Baru 8 bulan mengenal
tari, Jesi sudah berhasil menguasai 9 tarian. “Merak, Pangpung, Kupu,
Merak Ngigel, Batik, Sayong, Kidang, Pendhet, trus Jangger!” Jesi
menyebutkan tarian tarian yang ia kuasai. Bahkan 5 diantaranya sudah
diakui dan mendapat sertifikat yang menunjukkan bahwa Jesi telah ahli
untuk melakukan tarian tersebut.
Awal Jesi mengenal tari Jawa adalah
sekitar 8 bulan lalu. Ketika itu Pak Baruno, ayah Jesi, sedang
melakukan tugasnya sebagai peninjau system persawahan. Sebagai anak
bungsu Jesi di bawa Pak Baruno beserta istrinya ke Solo ini. Mengenalkan
budaya Jawa pada sang anak, Pak Baruno mengajak Jesi berjalan-jalan
melihat budaya yang ada di Solo. Sampailah mereka di Mangkunegaran untuk
menyaksikan wayang orang yang rutin dipentaskan. Saat pak Baruno
beserta istri merasa ngantuk melihat wayang itu, Jesi justru terus
memperhatikan dengan semangat sampai wayang orang itu selesai. Ketika
diajak kembali ke hotel, Jesi bahkan meminta pentas tadi diulang. Pak
Baruno kemudian menyadari anaknya saat tertarik pada wayang orang ini.
Hari berikutnya Jesi diperkenalkan dengan
tarian-tarian dengan mendatangi sanggar tari Suryo Sumirat di
Mangkunegaran. Dan mulai saat itu ia mengajak ibunya rutin melihat
latihan tari tersebut bahkan dengan percaya diri ia mengikuti
gerakan-gerakan yang diajarkan.” Saya sadar Jesi memiliki antusiasme dan
bakat di bidang ini, ini tidak boleh disia-siakan selagi ia memiliki
ketertarikan di suatu bidang pada usia daya rekamnya yang baik. Saya
segera mendaftarkan Jesi di berbagai sanggar yang ada seperti Semarak
Candra Kirana, Meta Budaya, dan Suryo Sumirat.”
“ 3 kali”, begitu ucap Jesi dengan
malu-malu ketika ditanya berapa kali latian tari merak yang diikutinya
untuk sampai benar-benar hafal. Pak Baruno mengatakan bahwa Jesi
memiliki daya tangkap di atas rata-rata teman-temannya. Pertama kali
melihat sesuatu yang baru dan diminati, Jesi pasti langsung bisa jika
disuruh mengulang, hanya saja untuk benar-benar ahli dan tepat maka dia
membutuhkan waktu lebih.
Beberapa pementasan telah sering
dilakukan Jesi selama 8 bulan kedatangannya di Solo. Mulai dari acara
yang diselenggarakan sanggar tarinya sendiri sampai event besar Solo
seperti Solo Menari bulan April lalu. Agenda tari Jesi paling dekat ke
depan adalah Solo International Performing Art (SIPA). Disana nanti ia
akan menjadi penari tunggal untuk mewakili Solo.
Tentu kesuksesan Jesi tidak lepas dari
peran kedua orang tuanya. Ibu Jesi selalu mendukung apapun pilihan anak
mereka. “Saya menghargai apa yang Jesi suka. Saya membebaskan dia
memilih semua hal yang dia mau selama masih mampu dan benar. Bahkan
sampai saat ini dia tidak tertarik dengan sekolah formal, kami sudah
mengenalkannya dan dia bilang mau sekolah dirumah saja, home schooling
maksudnya, kalu memang sampai waktunya dia sekolah ternyata tetap begitu
saya sich setuju saja, toh kurikulum Negara kita menurut saya belum
cukup baik” ujar pak Baruno ketika ditanya mengenai cara keluarga
tersebut mendidik anak-anak mereka.
Jesi merupakan anak bungsu dari 4
bersaudara. Jarak usia Jesi dengan kakak-kakak nya sangat jauh dari
ketiga kakaknya, tetapi orang tua Jesi tetap tidak membiasakan
anak-anaknya bersikap manja, sesuai porsi saja kata mereka.
“Tanggung jawab kan harus diajarin sejak
dini, untuk itu dari kecil Jesi selalu saya biarkan memilih apapun yang
dia suka, mau jadi apa, tetapi kemudian saya memberi tahu
konsekwensinya. Soal keputusan akhir biarkan dia yang ambil.” jelas ibu
cantik ini tentang anaknya. Dukungan penuh dari orang tuanya sangat
dirasa ketika tugas Pak Baruno di Solo sudah selesai tetapi Jesi tidak
mau diajak kembali ke Bandung. “Sebenarnya tugas saya disini sudah
selesai 3 bulan yang lalu, tetapi Jesi tidak mau diajak pulang dan malah
belajar makin banyak jenis tarian. Saya juga sayang kalu dia melewatkan
kesempatan belajar tarian Jawa yang sangat dia suka, jadi saya putuskan
untuk menunggu Jesi sampai puas dulu. Soal pekerjaan sampai saat ini
masih bisa saya handle melalui email.”ujar pria usia 56 tahun ini.
Nama Jesinia Srikandi sendiri bukanlah
nama asli karena nama asli Jesi sebenarnya adalah Jesinia Baruno seperti
nama ayahnya. Jesinia memilih nama Srikandi setelah mengenal nama-nama
tokoh wayang. “Hampir semua cerita wayang Jesi hafal misalnya tokoh
Bima, Jesi bisa menghafal semua nama Bima yang berjumlah 40an itu dari
iseng membaca. Nah, kalau nama Srikandi itu dia tiba-tiba mengatakan
sendiri pas ada acara anak-anak di Ngarsopuro. Waktu itu ditanya namanya
saya juga kaget koq dia bilang Jesinia Srikandi trus ditanya
cita-citanya apa, kalau temen-temennya kan jadi dokter apa pilot, eh
Jesi malah njawab dia mau jadi wayang orang” cerita bu Baruno sambil
tertawa. “sampai saat ini cita-citanya itu belum berubah, kalau ditanya
mau jadi apa, Jesi masih semangat jawab jadi wayang orang. Kita juga
jadi rutin liat wayang orang kalau dia minta” lanjutnya.
Ketika ditanya apa yang disukai, Jesi
menjawab “Main sama temen-temen” sambil bermain puzzle di ruang tamu
tempat les design yang diikutinya rutin setiap Senin dan Kamis. Pak
Baruno menegaskan meskipun ia membebaskan anaknya bahkan untuk tidak
sekolah, sosialisasi Jesi harus tetap diperhatikan. Les design yang
diikutinya pun merupakan keputusan Jesi sendiri, disini dia mengenal
anak-anak selain dari sanggar tari yang diikutinya. “Di rumah pun Jesi
sangat akrab dengan temen-teman sekitarnya, dan tidak jarang dia
mengumpulkan teman-temannya untuk renang atau outbond bersama. Jesi
memiliki hak suara sama seperti semua orang di keluarga kami. Dan kami
memberikan masa depan sepenuhnya di tangan Jesi. Sebagai orangtua kami
hanya berhak mendukung dan mengarahkan” tutur Pak Baruno di akhir
percakapan. (Tika Dwi Ariyani D0207103)