CINTAI DAN LESTARIKAN BUDAYAMU

CINTAI DAN LESTARIKAN BUDAYAMU

Friday, December 7, 2012

JESINIA S. BARUNO

Gadis kelahiran Semarang ini mungkin sekilas terlihat sama saja dengan gadis seusianya. Dengan tubuhnya yang imut dan rambut panjang serta wajahnya yang cantik akan membuatnya mudah menjadi pusat perhatian. Bagi orang yang  tidak mengenalnya, kita tidak akan mengira jika gadis ini adalah penari cilik  dengan bakat yang sangat istimewa.
Di usianya yang baru menginjak 5 tahun ini, prestasi yang diraihnya sudah begitu banyak.  Baru 8 bulan mengenal tari, Jesi sudah berhasil menguasai 9 tarian. “Merak, Pangpung, Kupu, Merak Ngigel, Batik, Sayong, Kidang, Pendhet, trus  Jangger!” Jesi menyebutkan tarian tarian yang ia kuasai. Bahkan 5 diantaranya sudah diakui dan mendapat sertifikat yang menunjukkan bahwa Jesi telah ahli untuk melakukan tarian tersebut.
Awal Jesi mengenal tari Jawa adalah sekitar 8 bulan lalu. Ketika  itu Pak Baruno, ayah Jesi, sedang melakukan tugasnya sebagai peninjau system persawahan. Sebagai anak bungsu Jesi di bawa Pak Baruno beserta istrinya ke Solo ini. Mengenalkan budaya Jawa pada sang anak, Pak Baruno mengajak Jesi berjalan-jalan melihat budaya yang ada di Solo. Sampailah mereka di Mangkunegaran untuk menyaksikan wayang orang yang rutin dipentaskan. Saat pak Baruno beserta istri merasa ngantuk melihat wayang itu, Jesi justru terus memperhatikan dengan semangat sampai wayang orang itu selesai. Ketika diajak kembali ke hotel, Jesi bahkan meminta pentas tadi diulang. Pak Baruno kemudian menyadari anaknya saat tertarik pada wayang orang ini.
Hari berikutnya Jesi diperkenalkan dengan tarian-tarian dengan mendatangi sanggar tari Suryo Sumirat di Mangkunegaran. Dan mulai saat itu ia mengajak ibunya rutin melihat latihan tari tersebut bahkan dengan percaya diri ia mengikuti gerakan-gerakan yang diajarkan.” Saya sadar Jesi memiliki antusiasme dan bakat di bidang ini, ini tidak boleh disia-siakan selagi ia memiliki ketertarikan di suatu bidang pada usia daya rekamnya yang baik. Saya  segera mendaftarkan Jesi di berbagai sanggar yang ada seperti Semarak Candra Kirana, Meta Budaya, dan Suryo Sumirat.”
“ 3 kali”, begitu ucap Jesi dengan malu-malu ketika ditanya berapa kali latian tari merak yang diikutinya untuk sampai benar-benar hafal. Pak Baruno mengatakan bahwa Jesi memiliki daya tangkap di atas rata-rata teman-temannya. Pertama kali melihat sesuatu yang baru dan diminati, Jesi pasti langsung bisa jika disuruh mengulang, hanya saja untuk benar-benar ahli dan tepat maka dia membutuhkan waktu lebih.
Beberapa pementasan telah sering dilakukan Jesi selama 8 bulan kedatangannya di Solo. Mulai dari acara yang diselenggarakan sanggar tarinya sendiri sampai event besar Solo seperti Solo Menari bulan April lalu. Agenda tari Jesi paling dekat ke depan adalah Solo International Performing Art (SIPA). Disana nanti ia akan menjadi penari tunggal untuk mewakili Solo.
Tentu kesuksesan Jesi tidak lepas dari peran kedua orang tuanya. Ibu Jesi selalu mendukung apapun pilihan anak mereka. “Saya menghargai apa yang Jesi suka. Saya membebaskan dia memilih semua hal yang dia mau selama masih mampu dan benar. Bahkan sampai saat ini dia tidak tertarik dengan sekolah formal, kami sudah mengenalkannya dan dia bilang mau sekolah dirumah saja, home schooling maksudnya, kalu memang sampai waktunya dia sekolah ternyata tetap begitu saya sich setuju saja, toh kurikulum Negara kita menurut saya belum cukup baik” ujar pak Baruno ketika ditanya mengenai cara keluarga tersebut mendidik anak-anak mereka.
 Jesi merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Jarak usia Jesi dengan kakak-kakak nya sangat jauh dari ketiga kakaknya, tetapi orang tua Jesi tetap tidak membiasakan anak-anaknya bersikap manja, sesuai porsi saja kata mereka.
“Tanggung jawab kan harus diajarin sejak dini, untuk itu dari kecil Jesi selalu saya biarkan memilih apapun yang dia suka, mau jadi apa, tetapi kemudian saya memberi tahu konsekwensinya. Soal keputusan akhir biarkan dia yang ambil.” jelas ibu cantik ini tentang anaknya. Dukungan penuh dari orang tuanya sangat dirasa ketika tugas Pak Baruno di Solo sudah selesai tetapi Jesi tidak mau diajak kembali ke Bandung. “Sebenarnya tugas saya disini sudah selesai 3 bulan yang lalu, tetapi Jesi tidak mau diajak pulang dan malah belajar makin banyak jenis tarian. Saya juga sayang kalu dia melewatkan kesempatan belajar tarian Jawa yang sangat dia suka, jadi saya putuskan untuk menunggu Jesi sampai puas dulu. Soal pekerjaan sampai saat ini masih bisa saya handle melalui email.”ujar pria usia 56 tahun ini.
Nama Jesinia Srikandi sendiri bukanlah nama asli karena nama asli Jesi sebenarnya adalah Jesinia Baruno seperti nama ayahnya. Jesinia memilih nama Srikandi setelah mengenal nama-nama tokoh wayang. “Hampir semua cerita wayang Jesi hafal misalnya tokoh Bima, Jesi bisa menghafal semua nama Bima yang berjumlah 40an itu dari iseng membaca. Nah, kalau nama Srikandi itu dia tiba-tiba mengatakan sendiri pas ada acara anak-anak di Ngarsopuro. Waktu itu ditanya namanya saya juga kaget koq dia bilang Jesinia Srikandi trus ditanya cita-citanya apa, kalau temen-temennya kan jadi dokter apa pilot, eh Jesi malah njawab dia mau jadi wayang orang” cerita bu Baruno sambil tertawa. “sampai saat ini cita-citanya itu belum berubah, kalau ditanya mau jadi apa, Jesi masih semangat jawab jadi wayang orang. Kita juga jadi rutin liat wayang orang kalau dia minta” lanjutnya.
Ketika ditanya apa yang disukai, Jesi menjawab “Main sama temen-temen” sambil bermain puzzle di ruang tamu tempat les design yang diikutinya rutin setiap Senin dan Kamis. Pak Baruno menegaskan meskipun ia membebaskan anaknya bahkan untuk tidak sekolah, sosialisasi Jesi harus tetap diperhatikan. Les design yang diikutinya pun merupakan keputusan Jesi sendiri, disini dia mengenal anak-anak selain dari sanggar tari yang diikutinya. “Di rumah pun Jesi sangat akrab dengan temen-teman sekitarnya, dan tidak jarang dia mengumpulkan teman-temannya untuk renang atau outbond bersama. Jesi memiliki hak suara sama seperti semua orang di keluarga kami. Dan kami memberikan masa depan sepenuhnya di tangan Jesi. Sebagai orangtua kami hanya berhak mendukung dan mengarahkan” tutur Pak Baruno di akhir percakapan. (Tika Dwi Ariyani D0207103)

Wednesday, December 5, 2012

JOGJA DANCE management





JOGJA DANCE management adalah suatu perusahaan event organizer dan management artis yang bergerak di bidang tradisional event. Kami berusaha memenuhi kebutuhan konsumen yang berhubungan dengan kesenian tradisional. Mungkin menjadi sebuah pertanyaan besar bagi konsumen mengapa kami memilih kesenian tradisional sebagai media bukan kesenian modern seperti kebanyakan event organizer lain. Kesenian tradisional yang merupakan warisan dari leluhur kita seharusnya dilestarikan karena seiring berjalanya waktu kesenian tradisional semakin tergeser oleh moderenisasi. Maka menjadi kewajiban kita sebagai penerus untuk melestarikan, menjaga, dan mengembangkan kesenian tradisional agar tidak punah bahkan terjadi pengakuan dari bangsa lain.

JOGJA DANCE management bekerja sama dengan Gerakan Ayo Menari Negeriku sebagai yayasan yang aktif dalam melestarikan kesenian tradisional khususnya seni tari tradisional. Anak-anak sekarang ini lebih banyak mengenal modern dance seperti ballet, break dance, dan lain sebagainya. Bahkan lebih mencengangakan lagi diacara pencarĂ­an bakat disalah satu stasiun televisi hanya ada satu peserta yang membawakan tari tradisional. Harusnya ini menjadi sebuah tamparan bagi kita karena sebagai putra bangsa kita tidak bangga dengan kesenian tradisional Indonesia.

Merupakan suatu kewajiban bagi JOGJA DANCE management untuk menjaga dan melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Maka dengan alasan tersebut kami menawarkan kepada konsumen untuk ikut berperan serta secara aktif agar kesenian tradisional tidak semakin tenggelam dan bahkan bias semakin maju. Atas kepercayaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.



JOGJA DANCE management