19 Tari Klasik Gaya Yogyakarta dari Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa
Beksan Serimpi Pandelori sajian Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM) nDalem Pujokusuman dalam Pentas Rutin Tari Klasik Gaya Yogyakarta di Keraton Kasultanan Yogyakarta
Dalam lembar panduan yang diterbitkan Yayasan Pamulangan Beksa
Sasminta Mardawa (YPBSM), ada 19 tarian klasik gaya Yogyakarta yang
secara bergilir disajikan dalam pementasan rutin di Dalem Pujokusuman,
Yogyakarta. 2 atau 3 dari ke-19 tarian lepas ini menjadi sajian pembuka
menjelang dipentaskannya Sendratari Klasik Ramayana (Gaya Yogyakarta).
Sendratari ini secara rutin dipentaskan 2 kali seminggu, setiap hari
Selasa dan Jum’at. Untuk dicatat, pasca terjadinya bencana Gempa Bumi di
Jogjakarta pada tanggal 27 Mei 2006, pementasan tersebut sempat
terhenti karena rusaknya pendopo dan Dalem Pujokusuman yang menjadi
arena pementasannya.
Ke-19 tari klasik tersebut adalah:
Golek: Tarian ini menampilkan daya tarik dan keindahan seorang perempuan yang mempercantik diri.
Sekar Pudyastuti: Tarian ini merupakan tarian penyambutan yang khusus dan juga menampilkan gerakan tarian gaya perempuan Yogyakarta yang anggun.
Golek Retno Adaninggar: Ditampilkan dengan gaya
Golek Menak yang diadaptasi dari wayang golek. Tarian Solo ini
menggambarkan masa ketika putri China, Retno Adaninggar menyadari
penangkapan orang-orang yang dikasihi oleh musuhnya. Mulai dari itu dia
bersiap-siap untuk ikut ke medan pertempuran.
Topeng Putri Kenakawulan: Tari topeng ini diadaptasi
dari kisah Panji pada abad ke-15 dan menggambarkan putri Kenakawulan
yang jatuh cinta dengan Carangwaspa.
Klono Alus Jungkungmandeya: Tarian ini diadaptasi
dari kisah Mahabarata yang menggambarkan pangeran muda Jungkungmandeya
yang jatuh cinta dengan istrinya tercinta Srikandi. Tarian ini merupakan
contoh yang bagus untuk tari gaya alus.
Klono Gagah Dasawasisa: Tarian ini diadaptasi dari kisah Mahabarata dan menggambarkan Raja Dasawasisa yang sedang dimabuk cinta pada Wara Sumbadra.
Topeng Klono Alus: Tari topeng ini diadaptasi dari
cerita Panji abad ke-15 dan menggambarkan pangeran muda Gunungsari yang
sangat jatuh cinta dengan Ragil Kuning.
Topeng Klana Gagah: Tari topeng ini diadaptasi dari
cerita Panji abad ke-15 dan menggambarkan Raja Sewandana yang sedang
dimabuk cinta pada Candrakirana.
Beksan Topeng Gunungsari-Surawasesa sajian Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM) nDalem Pujokusuman dalam Pentas Rutin Tari Klasik Gaya Yogyakarta di Keraton Kasultanan Yogyakarta
Jaka Tarub – Nawangwulan: Pada suatu hari anak muda
yang bernama Jaka Tarub berburu burung dan melihat bidadari cantik turun
dari khayangan mandi di danau di hutan. Dia bersembunyi dan mengintip
bidadari Nawangwulan dan jatuh cinta. Ketika Nawangwulan sedang mandi
Jaka Tarub mencuri pakaiannya. Dia kembali ke tempat persembunyiannya
dan membuat keonaran untuk menakuti Nawangwulan. Tetapi Nawangwulan
tidak bisa menemukan pakaiannya dan tidak bisa kembali ke khayangan.
Merasa sedih dan kesepian dia menangis. Jaka tarub mengembalikan
pakaiannya dan memeri nama Nawangwulan. Cerita ini merupakan bagian dari
legenda rakyat.
Retna Dumilah – Panembahan Senopati: Pada abad ke 7
di Jawa, Panembahan Senopati Kerajaan Mataram berperang. Tarian ini
berdasar pada suatu peperangan. Raja Madiun yang kalah memberi anak
perempuannya Retno Dumilah sebuah keris ampuh untuk membunuh Senopati.
Retno Dumilah hampir melaksanakan tugasnya sampai ketika dia menghunus
kerisnya. Senopati tidak melawan menggunakan senjata. Dia mendekati
Retno Dumilah dengan penuh perasaan. Hal ini mematahkan kekuatan keris
Retno Dumilah dan dia menjadi istri Senopati.
Srikandi – Larasati: Selama masa menjelang
pernikahannya dengan Arjuna dia setuju untuk melakukan kontes untuk
membuktikan kekuatannya. Larasati menantangnya dan dalam kekalahannya
Srikandi memaksanya untuk menikah dengan Arjuna.
Srikandi – Suradewati: Karena termakan gosip
Srikandi menjadi cemburu pada putri Suradewati dan menantangnya
bertanding. Suradewati kalah dan Srikandi menang.
Sirtupilaeli – Sudarawerti: Dalam pertempuran untuk
memutuskan siapa yang akan menikah dengan Menak kedua ksatria perempuan
ini kalah ataupun menang keduanya akan menjadi istrinya Menak.
Rengganis – Widaninggar: Putri China Widaninggar mau
membalas dendam atas kematian saudaranya yang mati dalam pertempuran
memperebutkan cinta Menak. Tetapi Widaninggar dikalahkan oleh saudara
ipar pembunuh saudaranya yaitu Rengganis.
Umarmaya – Umarmadi: Raja Umarmadi pertama harus
mengalahkan Kepala penasehat Umarmaya sebelum dia dapat mengalahkan
Menak. Umarmadi kalah tetapi kemudian dia dan Umarmaya menjadi teman
yang baik.
Beksan Senggana – Saksadewa: Tarian ini merupakan
bagian dari Ramayana yang disebut “Senggana Duta”. Sri Rama memberi
Senggana, monyet putih tugas untuk mencari istri Rama, Dewi Sinta.
Senggana menemukan Sinta dan agar bertemu dengan Rahwana dia
menghancurkan Argasaka. Raksasa Saksadewa anak Rahwana menjadi marah dan
ingin menangkap Senggana tetapi terbunuh selama pertempuran.
Beksan Gathutkaca – Pregiwa: Menggambarkan bagian
dari kisah Mahabharata. Gathutkaca mengungkapkan pada Pregiwa bahwa dia
jatuh cinta padanya. Pregiwa menerima cintanya dan berjanji untuk setia
sehidup semati.
Beksan Carangwaspa – Kenakawulan: Cerita ini diambil
dari cerita Panji. Dewi Kenakawulan dari Manggada ingin menguji
kekuatan Raden Panji Carangwaspa. Jika dapat mengalahkannya dia akan
menjadi istrinya.
Beksa Umarmaya – Jayengpati: Tarian ini merupakan bagian dari cerita Menak. Prabu Jayengpati Raja dari Tunjungyaban telah mencuri pusaka “Sonsong Tunggalnaga”
dari pemiliknya Wong Agung Jayengrana. Adipati Umarmaya dari negeri
Puserbumi mencoba untuk merebut pusaka dan mengembalikan pada Wong Agung
Jayengrana. Dia berhasil melakukannya dengan mengalahkan Prabu
Jayengpati Raja.
No comments:
Post a Comment